Minggu, 18 Juni 2017

Mechanical properties of Cr-Cu coatings produced by electroplating

Abstract and Full paper available: http://aip.scitation.org/doi/abs/10.1063/1.4985477

Hard chromium coatings has long been considered as the most used electrodeposited coating in several industrial applications such as in petrochemistry, oil and gas industries. When hard coatings used in fastener components, the sliding contact during fastening operation produces high tensile stresses on the surface which can generate microcracks. For component used in high oxidation and corrosion environment, deep cracks cannot be tolerated. In this work, a laminated structure of Cr-Cu coating was prepared using electroplating on carbon steel substrates. Two baths of chrome and copper electrolyte solutions were prepared to deposit Cr as the first layer and Cu as the second layer. The effect of current voltages on the thickness, hardness and specific wear rate of the Cu layer was investigated. The results show that an increase of the current voltages increased the thickness and hardness of the Cu layer, but reduced the specific wear rate. This study showed that the use of Cu can be a potential candidate as a laminated structure Cr-Cu for chromium plating.

A study of generator performance with linear permanent magnet in various coil configuration and rotor-stator geometry

Abstract and Full paper available: http://aip.scitation.org/doi/abs/10.1063/1.4981200

The aim of the research work describe in this paper was to design and optimize a permanent magnet linear generator for renewable energy power plants. It is cover of first stage of designing stator and rotor permanent magnet linear generator. Stator design involves determining dimensions, number of slots, diameter of wire, and the number of winding in each slot. The design of the rotor includes rotor manufacture of PVC pipe material, 10 pieces of permanent magnet type ferrite 271 mikroweber, and resin. The second stage was to assemble the stator and rotor that has been done in the first stage to be a permanent magnet linear generator. The third stage was to install a permanent magnet linear generator with induction motors. Further stage was to test performance of a permanent magnet linear generator by utilizing of induction motor as a prime mover experimentally. In this study, permanent magnet linear generator with a rotor consists of five pairs of permanent magnets. The stator consists of 6 slots of the stator frame, each slot mounted stator coil of 200, 300, 400, 500, and 800 windings, and dimensions of wire used was 0.4 mm. The stator frame was made from acrylic. Results of the experiment that, permanent magnet linear generator when no load was able to generate a DC voltage of 14.5 volts at 300 rpm, and at the output of the linear generator when it is connected to the DC fan as a load only generated of 6.7 volts. It concludes that permanent magnet linear generator output can be used as an input device hybrid system. Data obtained from this experiment in laboratory scale can be developed in a larger scale by varying the type of magnet being used, the number of windings, and the speed used to generate more power.

An optimization of flap and slat angle airfoil NACA 2410 using CFD

Abstract and Full paper available: http://aip.scitation.org/doi/abs/10.1063/1.4981179


The aim of the research work describe in this paper was to model and simulate aerodynamic behaviour airfoil NACA 2410 completed with flap and slat using CFD. The work was also to distinguish between NACA 2410 using and without flap and slat in term of lift and drag coefficient quality. Simulation was carried out in various angles of attack. NACA 2410 was modelled by mean of design-Foil software and adjust the size geometry related to chord length within Auto Cad software that which would be converted into SolidWork to add flap and slat also angle of attack. Further simulation was undertaken in Ansys 14.5 by adjusting boundary condition. Parameters produced were coefficient of lift, drag, as well as pressure distribution and its velocity. The results showed that increasing angle of attack increased lift and drag coefficient. The use of flap and slat in the airfoil investigated produced much higher lift and drag coefficient. Maximum lift was achieved when airfoil set in 17° and 55° angle of attack without and with flap and slat, and flap deflexion angle of 30° as well as slat distance in x-direction of 4% from the chord in a slat angle of −2°.

Perang Melawan Emisi Kendaraan

BERITA dunia ihwal meningkatnya kematian dini dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan emisi gas buang kendaraan menarik dikampanyekan. Perhatian pemerintah dan kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan terkait isu kerusakan lingkungan utamanya yang diakibatkan emisi kendaraan bermotor. DLLAJR perlu melakukan pengetatan uji laik jalan kendaraan di jalan umum dan kendaraan pribadi. Pasalnya banyak kendaraan secara hukum lolos uji emisi, namun faktanya kendaraan berat dan bus yang melintas di jalan raya mengeluarkan asap pekat yang sangat mengganggu pengguna jalan lain dan lingkungan.
Asap pekat kendaraan disebabkan pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan baik bermesin diesel maupun bensin tidak terbakar secara sempurna.
Pembakaran sempurna adalah proses pembakaran yang secara kimia berproses stoikiometrik, dimana semua unsur bahan bakar terbakar keseluruhan dengan mempertemukan sejumlah prosentase O2 dengan unsur-unsur di dalam bahan bakar, yaitu carbon (C) bertemu oksigen (O2) menjadi carbondioksida atau CO2, kemudian hydrogen bertemu dengan O2 secara pas bersenyawa menjadi H2O. Oksigen dalam proses pembakaran diambil dari udara atmosfir yang dalam prosen berat mengandung oksigen sebanyak 21% dan sisanya Nitrogen (N2).
Pembakaran bahan bakar dalam mesin bisa terjadi dengan kadar campuran kurus maupun gemuk. Campuran kurus cenderung kebanyakan udara atau oksigen sehingga emisi gas bekas membawa tersisanya oksigen dan N2 yang mungkin terkandung di dalam bahan bakar dan udara secara bebas melalui knalpot, sehingga kendaraan akan mengeluarkan zat berbahaya dalam bentuk nitrogen dan oksigen NOx, gas inilah yang paling berbahaya.
Sedang campuran pembakaran gemuk akan menyebabkan asap pekat. Sebab pembakaran tersebut kekurangan udara, sehingga banyak bahan bakar belum terbakar keluar melalui knalpot dan mengeluarkan jelaga. Namun secara kimiawi keluarnya Nitrogen Oksida (NOx) jauh lebih berbahaya dibandingkan jelaga bagi makhluk hidup di sekelilingnya. Jelaga akan menimbulkan polutan yang sangat mengganggu cuaca lingkungan dan jarak penglihatan.
Sebuah laporan menyebutkan, emisi melebihi ambang batas sudah menjadi isu global, yang mengambil sampel salah satu kota terpadat dunia di kawasan Putney Highstreet, London.
Penyumbang Tertinggi
Dunia mencatat emisi gas bekas mesin diesel melebihi 4,6 juta ton lebih dibandingkan ketentuan yang diizinkan. Dilaporkan 80 persen pasar mesin diesel dunia, termasuk Australia, Brasil, jepang Mexiko dan Rusia, dan kendaraan besar macam truk dan bus diidentifikasi menjadi penyumbang tertinggi.
Beberapa dampak NOx adalah hujan asam yang merusak hutan, bangunan dan sumber air. Juga akan terjadi proses terhalangnya cahaya sehingga mengurangi jarak pandang, termasuk memicu efek pemanasan global gas rumah kaca N2O sebesar 300 kali lebih berbahaya dibanding gas CO2. Dan NOx bereaksi membentuk uap asam dan partikel yang kalau menembus paru-paru akan menyebabkan emfisema, bronchitis dan penyakit nafas. Laporan perusahaan mobil VW mencatat emisi yang melebihi ambang batas menyebabkan kematian dini sebesar 1.200 pada 2008 dan 2015.
Di antara sumber polusi yang sangat berbahaya, 11,7 persen unit pembangkit listrik, 3,6 persen dari pembakaran, termasuk mesin kendaraan bermotor dan 0,4 persen dari konsumsi domestik.
Mengingat besarnya prosentase andil pembakaran termasuk pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, ini mengusik penulis, karena terkait tidak tertibnya sistim uji laik kendaraan. Akan lebih baik jika pengguna tertib menservis dan uji emisi kendaraanya. Fihak yang berhak megeluarkan sertifikat laik jalan kendaraan agar betul-betul menegakkan ketertiban uji laik jalan kendaraan.
Penulis mengajak pihak berwajib untuk kampanye pengurangan emisi ini dengan uji petik kendaraan di jalan raya dan merekomendasikan agar pengguna sadar melakukan uji servis secara periodik demi lingkungan yang sehat, sebagai warisan kita kepada generasi mendatang. (21)
— Ir Sarjito MT PhD, Wakil Rektor II Bidang Administrasi, HRD dan Keuangan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selasa, 09 Agustus 2016

Tanggalkan HP Sejenak, Ciptakan Iklim Akademik dan Tingkatkan Kualitas Pembelajaran


Sebagai insan akademik, dalam momentum memperingati hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 2016, kita perlu melakukan refleksi nasional dalam penyelenggaraan pendidikan. Sudahkah kualitas penyelenggaraan pendidikan kita telah memenuhi apa kita harapkan terkait era teknologi informasi sekarang ini. Ataukah kemajuan teknologi informasi justru menurunkan semangat dan etos belajar mahasiswa. Beberapa waktu lalu Rektor Uiversitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Dr Bambang Setiaji mengadakan sweeping peserta rapat untuk menatuh HP di luar ruang rapat. Harapannya agar peserta rapat lebih fokus. Namun, inisiatif tersebut tidaklah berjalan lama, bahkan hanya sekali dalam kurun waktu tiga tahunan terakhir. Mengelaborasi gagasan tersebut tentulah perlu dilakukan massivikasi kajian lanjut dan usaha untuk memperluas cakupan khususnya terhadap usaha peningkatan kualitas pembelajaran mahasiswa di UMS, dan dunia perguruan tinggi pada umumnya.
Seperti diketahui bahwa secara kualitatip daya juang mahasiswa belakangan ini mengalami kemerosotan yang cukup berarti. Hal tersebut dapat dilihat secara jelas, bahkan gejala tersebut bukan merupakan gejala lokal yang dialami UMS saja, tetapi hampir di semua lembaga pendidikan. Dahulu, ketika banyak program studi masih berstatus terdaftar dan diakui, ada semacam tugas dan tanggungjawab mahasiswa yang berat namun mendidik, sebab setelah ujian di kampus sendiri (ujian lokal), mahasiswa masih diwajibkan lagi menempuh ujian negara meski jumlahnya tidaklah banyak, yakni hanya mata kuliah yang menjadi inti/core dari kompetensi siswa pada program studinya masing-masing yang diujikan negara. 
Untuk menempuh ujian negara, mahasiswa berjuang dan bersemangat untuk mencari materi dari PTN induk di mana ujian negara itu bernaung sesuai kopertis-nya. Dimana sejumlah materi kuliah yang mungkin belum diberikan di kuliah local menjadikan kelulusan Negara jadi rendah, bahkan tidak jarang mahasiswa mengulang sampai dua atau tiga kali ujian negara, namun dari proses itu akhirnya mereka tertempa. Untuk mencapai sukses mereka perlu membaur dengan mahasiswa negeri yang mana mata uji negara tersebut pengujinya dari dosen negeri dimaksud. Banyak yang pergi ke Semarang atau Yogyakarta bahkan Jakarta dan Surabaya hanya untuk mendapatkan meteri yang akan diujikan dalam ujian negara. 
Fasilitas di kampus swasta tentu jauh lebih sedikit dibanding PTN, karena PTS harus mencari uang sendiri menggaji sendiri dosen dan pegawai lainya, sementara PTN, semua budgetnya disupply dari pemerintah. Bagi PTS yang masih pemula, sungguh hal ini sangat berat. Tetapi dibalik sisi kekurangan banyak didapat hikmah, yakni : daya juang yang besar, yang akan membawa mahasiswa lebih dewasa dan matang.
Menyoroti program pemerintah dengan sistim pendirian program studi baru yang tidak lagi ada istilah ujian negara, menurut hemat penulis terkandung banyak kelemahan. Ketika prodi baru mendapat ijin operasional, tidak ada filter ujian negara bagi mahasiswanya, prodi hanya ditarget agar dalam waktu 2 tahun melakukan reakreditasi agar naik dari status pendapat ijin operasional (otomatis akreditasi C) menjadi B atau A. Hal ini menjadikan pertumbuhan prodi kurang terkontrol. Tidak sedikit Prodi setelah re-akreditasi tetap saja statusnya C. Parahnya beberapa kepala daerah punya kebijakan bahwa lulusan Prodi ber-akreditasi C tidak boleh mendaftar PNS artinya tidak diakui.
Kembali menyoroti soal rendahnya daya juang mahasiswa akhir-akhir ini bahwa, pengaruh lain dunia pendidikan lebih diperparah dengan kemajuan teknologi komunikasi, internet, dan lainnya yang cenderung salah dalam penerapan/pemakaian, terutama kebiasaan mahasiswa menggantungkan diri pada HP. Orang, dibuat pikirannya bahwa segala sesuatu dapat diselesaikan dengan HP. Hal ini betul-betul merusak iklim akademis. Bagaimana tidak, dalam kelas main HP, rapat main HP, pengajian main HP, berkumpul dengan keluarga main HP dan lain sebagainya.
Sungguh mahasiswa sekarang daya juangnya memprihatinkan, walaupun fasilitas kampus seperti ketersediaan buku baik diperpustakaan maupun buku-buku ajar dari dosen sudah bagus di bandingkan saat masih ada model status terdaftar, diakui dan disamakan seperti tahun 80-an. Tetapi daya juang, kemauan baca mahasiswa saat ini tidaklah sehandal mahasiswa di masa lalu, diberi kuliah main HP, dosen menulis di kelas mahasiswa mengandalkan copyan temannya, diberi materi soft copy juga tidak diprint, apalagi dibaca. Walhasil, ketika menjalani ujian akhir smester nilainya sugguh jauh dari harapan ang diinginkan, kemampuan mahasiswapun rendah dalam penguasaan kompetensi. 
Mengacu atas keprihatinan ini perlu adanya usaha internal masing-masing kampus untuk mengantisipasi dengan membuat terobosan agar kualitas pembelajara dan iklim akademik benar-benar dihidupkan. Usaha kecil yang disinyalir akan memiliki dampak signifikan adalah dengan menyediakan tempat khusus didepan kelas untuk menaruh HP selama mengikuti kuliah. Solusi lain, sebagai substitusi ujian Negara, sungguh sangat hebat jika masing-masing Perguruan tinggi mengadakan Uji kompetensi untuk masing-masing mahasiswa program studi, sehingga mahasiswa lulus betul-betul mendapat bekal, sehingga mereka menjadi marketable, secara nasional maupun Internasional. Sebab tidak mungkin semua usaha ini digantungkan kepada pemerintah semata.
Jeffrey H. dkk. 2015. Dalam artikelnya menuliskan bahwa, mengirim dan mereply pesan yang tidak ada kaitanya dengan mata kuliah yang diikuti di dalam kelas berdampak negatip terhadap proses pembelajaran. Sedangkan mengirim dan mereply pesan yang ada kaitanya dengan mata kuliah yang diikuti tidak nampak dampak negatifnya terhadap proses pembelajaran.
Nur Hasanah dan Dyah Kumalasari, dalam risetnya, untuk mengetahui perilaku sosial siswa, menyimpulkan bahwa (1) siswa memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan moral; (2) siswa bebas melakukan apapun yang diinginkan salah satunya dalam hal penggunaan ponsel/HP; (3) dengan ponsel remaja mendapatkan banyak informasi, mendapatkan banyak teman serta menghilangkan kejenuhan; (4) siswa mudah mendapat pertemanan, tetapi seringkali mengarah kepada hal-hal negatif. 
Demikian sedikit renungan, refleksi ini diharapkan adanya kebangkitan usaha dalam peningkatan kompetensi dan pembinaan karakteristik dikalangan mahasiwa yang akan menjadi penerus bangsa, Salam kemerdekaan.

Selasa, 05 Juli 2016

GASIFICATION OF COAL AS A SOURCE OF HEAT ON ALTERNATIVE OF CARBONATION PROCESS TO MAKE A LOCAL BRIQUETTE

http://www.arpnjournals.com/jeas/volume_04_2016.htm (Abstract)
http://www.arpnjournals.org/jeas/research_papers/rp_2016/jeas_0216_3640.pdf (Full paper)

ABSTRACT
The aims of the research work described in this paper is to find out an alternative source of heat in carbonation process to make local briquettes using cheaper fuel by mean of heat generated from the combustion gases of coal gasification. The research was initiated from collecting raw materials which has a low calorific value. Initially, coal was dried to make a maximum moisture content up to 12 % and form the coal at size of 10 cm. Further process were filling the vertical downdraft gasifier as much as 6 kg of coal, burned it with liquid petroleum gas (LPG) as ignitier, turn on the blower with the maximum speed in order to find combustion process. After that, all coal in the surface of gasifier have been burned, attach the burner and then count the velocity of air that was produced by blower as parameters to obtain the optimal velocty in order to get the perfect combustion. The result showed that the coal gasification technology with vertical downdraft gasifier system is promising to be developed as a source of heat in the process of carbonation of local coal briquettes. Using 6 kg of coal gasification can produce temperature at furnace carbonation around 170 o C as long as 60 mim with local kokas-briquettes that are carbonated at 10 kg. Keywords: local coal briquettes, gasification, vertical downdraft gasifier, coal.

THE EFFECT OF COMPACTION PRESSURES ON THE MICROSTRUCTURE AND PROPERTIES OF NiAl/Ti FORMED BY SHS PROCESS

http://www.arpnjournals.com/jeas/volume_10_2016.htm (Abstract)
http://www.arpnjournals.org/jeas/research_papers/rp_2016/jeas_0516_4323.pdf (Full paper)

ABSTRACT
In the SHS process, compaction pressure on the reactant pellet is an important part influencing the thermal conductivity of the reactant. The thermal conductivity of the reactant affects the heat propagation and the heat loss during the ignition and wave propagation of the reaction. The objective of this work was to study the effect of compaction pressure on the microstructure and properties of the synthesized product. A Ni/Al mixture and Ti layer were compacted to produce 100 MPa, 150 MPa and 200 MPa on the pellets and ignited to initiate the SHS process. The microstructure of the synthesized product was observed using XRD and SEM, whereas the properties of the synthesized products were evaluated using a Vickers microhardness tester. Microstructure analysis indicated that several intermetallic phases have existed in the bilayer product as a result of reactions between Ni/Al and Ti. An increase in the compaction pressure led to an increase in the formation of pores in the synthesized product. The microhardness of product fluctuated with an increase of the compaction pressure. Keywords: compaction pressure, NiAl/Ti, microstructure, properties.