Masih hangat dalam ingatan kita soal
erupsi gunung Kelud, gunung Merapi, gunung Sinabung dan lain-lain. Namun
peristiwa terakhir kejadian meletusnya Gunung Kelud Kamis malam, 13 Februari
2014 masih menyisakan banyak masalah lingkungan. Salah salah satu media
memberitakan bahwa akibat meletupnya gunung Kelud menjadikan separo pulau Jawa
Kelabu. Setidaknya hingga hari keempat pasca meletupnya gunung tersebut
dibeberapa tempat masih belum keguyur hujan. Selain berdampak pada lingkungan
efeknya juga menerpa roda perekonomian yang cukup kentara. Orang dibuat panik
dan sibuk dari Kediri Jawa-timur hingga sampai jawa barat bagian selatan. Semua
orang berusaha mengatasi tebalnya endapan debu terbang yang mencapai ketinggia
5 cm rata-rata.Kabut debu tebal tidak sedikit menyebabkan kecelakaan dijalan
karena jarak pandang hanya 5-10 meter. Debu beterbangan juga menimbulkan
problem terganggunya fungsi pernafasan, maka kepada semua khalayak
derekomendasikan untuk memakai masker.
Manusia memang sangat terbatas
kemampuannya,akhirnya hanya menunggu belas kasihan dari Allah SWT agar menurunkan
hujan yang bisa melarutkan debu-debu diatap lingkungan rumah, diatas pepohonan
dan dijalan raya.
Regulasi yang cukup langka dan bijak telah
dikeluarkan oleh beberapa bandara seperti bandar udara Juanda di Surabaya, Adi
Sumarmo Solo dan Adi Sutjipto Jogjakarta serta beberapa bandara di sekitarnya,
demi mendapatkan kepastian jaminan keselamatan penerbangan. Sungguh kebijakan
tersebut sangatlah tepat, mengingat akan bahaya yang bakal timbul jika
penerbangan terus dipaksakan. Alhamdulillah masyarakat kita mulai menyadari dan
sabar walau beberapa rencana yang telah dibuat, terpaksa harus ditunda
pelaksanaannya, demi kemaslahatan yang lebih besar.
Tiga penyebab utama kecelakaan udara diluar human error:
Sepanjang sejarah penerbangan,
terdapat tiga bahaya utama yang bisa menyebabkan kecelakaan udara, yang umumnya
terjadi karena adanya lost power dari
mesin pesawat (Hilangnya tenaga mesin). Pertama, masuknya partikel ash(debu/abu) kedalam mesin pesawat. Kedua, masuknya
sekawanan burung kedalam mesin atau sering disebut bird strike, dan ketiga adalah terbentuknya es baik disayap pesawat
maupun dimulut kompressor mesin pesawat.
Matthew Roberts, Pegawai jawatan
meteorologi Iceland's melaporkan bahwa: Peneliti dariUniversityof Copenhagen and the
University of Icelandmengatakan, partikel abu saat awal meletupnya gunung
berapi sebagaimana kasus di gunung Eyjafjallajokull di iceland memiliki sifat
yangsangat abrasive, berpotensi
membahayakan mesin pesawat, dikarenakan sifatnya seperti ampelas. Oleh karena
hampir semua komponen mesin pesawat sejak kompressor, bantalan poros hingga
turbin gas, semuanya tersusun dari banyak sudu putar yang bertumpu terhadap
sumbunya. Sehingga, sekali debu atau asap produk erupsi gunung memasuki celah
bagian mesin yang bergerak akan mempercepat keasusan bagian yang berputar. Pada
akhirnya mesin akan kehilangan kompresi yang besar diikuti hilangnya tenaga dari
mesin itu sendiri, hingga mesin mati atau kehilangan tenaga yang besar.
Sangat mirip antara kejadian erupsi
gunung kelud 13 Februari 2014 yang asapnya menjuang hingga 1000 meter, spontan
menuntut pejabat otoritas bandara untuk membuat keputusan yang secara ekonomi
merugikan, karena dengan berhentinya penerbangan akan mudah menghitung berapa
kerugian ekonomi terjadi. Kejadian yang sama, erupsi yang terjadi tanggal 14
April 2010 di Icelandtelah
melumpuhkan bandara internasional utama dan membatalkan penerbangan domestik
sesaat gunung paling aktip ini meletus. Segumpal awan panas meluncur tinggi
hingga 20km (12 miles) ke udara dari
puncak gunung.Sehingga hampir 10 hari penerbangan di daratan Eropa dihentikan,
mengingat akan bahaya yang lebih besar, yaitu menyangkut keselamatan jiwa
manusia. Kejadian ini jauh lebih dahsyat dibandingkan erupsi terbesar sejak 100
tahun terakhir dimana tahun 2004 juga terjadi namun tidak sebesar kejadian pada
tahun 2010, akhirnya 10 juta mengguna jasa penerbangan harus sabar mengunggu
sampai kondisi betul-betul aman untuk penerbangan. Sementara ini kita belum
tahu persis kira-kira kapan penghentian penerbangan akan kembali beroperasi akibat
erupsi gunung Kelud di jawa-timur, meskipun di Solo diberitakan bahwa
penerbangan baru akan dioperasikan mulai Rabu 19 Pebruari 2014.
Lain cerita soal kecelakaan
penerbangan dimana; Sebuah pesawat A320 US Airways penerbangan 1549 mendarat
darurat disungai Hudson, New York, hanya kurang dari 4 menit setelah lepas
landas pada hari kamis, 15 Januari, sekitar pukul 15.45 waktu setempat.
Keseluruhan 155 penumpang selamat, beberapa TV melaporkan ada seorang penumpang
yang patah kaki tapi sisanya hanya mendapatkan cedera ringan.
Laporan awal menyebutkan bahwa
pesawat menabrak kawanan burung yg kemudian masuk kedalam mesin yang dalam
dunia penerbangan dikenal dengan istilah bird
strike.Setelah lepas landas pesawat menabrak burung dan kedua mesin pesawat
mati. Awak pesawat yang dipimpin oleh kapten Chesley B. “Sully” Sullenberger
III, seorang mantan penerbang militer, berhasil mendaratkan pesawat “Ditching”
dengan aman ke air sungai dengan suhu lingkungan dilaporkan 4oC.Bird srike ternyata tidak hanya
berpotensi masuk ke mesin pesawat. Kecelakaan juga pernah
terjadi ketika seekor burung menghantam kaca (wind shield)ruang kemudi.Ancaman serangan burung pun terjadi pada
dunia penerbangan dalam negeri, baik operator penerbangan sipil maupun
TNI. Pesawat Batavia Air menabrak sekelompok burung elang di Bandara
El Tari Kupang (2006), kaca kokpit Boeing 737 seri 200 Merpati Nusantara
Airlines retak bagian depan sebelah kiri akibat menabrak burung saat dalam
perjalanan Denpasar-Kupang (2007), Boeing 737-200 Garuda nomor penerbangan GA
232 nyaris celaka saat menabrak burung menjelang pendaratan di Bandara A.Yani
(2008), Boeing 737-200 Sriwijaya Air nomor penerbangan 593 mengalami kebakaran
pada sayap kiri pesawat saat mengudara, karena seekor burung tersesat
dalam mesin (2008).
Fenomena lain kecelakaan penerbangan
adalah terbentuknya es dimulut kompressor turbin dan di sayap pesawat. Pembentukan
es dimulut kompressor pesawat akan berakibat pada penyempitan saluran udara
masuk kedalam kompressor (untuk mesin-mesin jet), dan penyumbatan saluran angin
pada karburator (pada mesin-mesin model piston) seperti pesawat propeller,
sehingga akan mempengaruhi perbandingan udara dan bahan bakar memasuki ruang
bakar turbin gas. Disisi lain pembentukan es di sayap pesawat terbang akan
berakibat pada perobahan bentuk dan dimensi airfoil.
Sebagaimana telah distandarkan oleh NACA
(National Advisory Committee for Aeronautics) baik airfoil symmetry maupun airfoil tidak symmetry bentuknya sudah baku. Perobahan
bentuk dari sayap pesawat terbang (airfoil)akan
merusak aliran yang cenderung mengarah ke turbulensi. Karenanya akan mempengaruhi
gaya angkat dari pesawat dan timbulnya goncangan dan instability penerbangan bahkan stall
(kehilangan gaya angkat).
Dalam pembentukan es pada pesawat
terbang terdapat tiga istilah yang perlu diketahui yaitu: Icing, anti-ice dan de-ice.
Es, adalah benda yang terbentuk pada suhu dibawah 0oC. Banyak orang
mengira penerbangandi negara tropis seperti Indonesia tidak memerlukan anti-ice karena suhu rata-rata yang
mencapai diatas 30oC.Icing
bisa terjadi pada: suhu dibawah 10oC, diatas -40oCsementara
tampak uap air seperti kabut, awan dll. Jadi kalau cuaca berkabut/hujan/awan,
suhu dibawah 10oC, bersiaplah untuk menghadapi Icing condition.Makin tinggi di atmosfir, makin rendah suhunya. Dari
Internasional standard atmosfir (ISA),
diformulasikanbahwa semakin tinggi elevasi hingga 11km akan semakin rendah, dan
stabil hingga elevasi 20km, namun akan bervariasi selebihnya.
Pencegahan Icing (Pemasangan Anti-Ice dan de-Ice)
Anti-ice.Dipasang dipesawatuntuk menghindari terbentukknya
es di bagian penting. Jadi anti-ice
dipakai sebelum es terbentuk, beberapa aplikasi anti-ice diantaranya:Pada
pesawat bermesin piston, Pertama; biasanya dilengkapi dengan pemanas karburator
(carburetor heat). Udara yang masuk
ke karburator dihangatkan untuk menghindari terbentuknya es. Namun perlu
diingat, udara yang lebih hangat akan lebih renggang(less humid), sehingga pasokanudara akan berkurang yg mengakibatkan
berkurangnya tenaga mesin. Kedua; Pilot
heat, biasanya pilot heat sistem
dipasang dengan sistem tenaga elektrik. Ketiga; Propeler anti-ice. Biasanya untuk baling-baling pesawat digunakan
cairan alkoholyang disemprotkan langsung untuk menghindari terbentuknya es. Keempat; Wing anti-ice, yang umumnyaada dua jenis
wing anti-ice untuk menghangatkan
sayap pesawat: bisa elektrik, bisa juga dengan memanfaatkan panas mesin(bleed). Kelima; Engine anti-ice. Untuk mesin turbin (turbofan), bagian depannya (Nacelle)
sangat rawanuntuk terjadinya penumpukan es,karena itu bagian depan ini
dipanaskan biasanya dengan bleed air
dari mesinGlycol based fluid. Dengan anti ice ini, cairan glycol disemprotkan
pada bagian yang rawan Icing.
De-Ice.Kebalikan dari anti-ice, de-ice digunakan sesudah terbentuknya es dibagian
pesawat. Jadi alat ini menghancurkanes yang sudah ada. Pertama; Dengan
menggunakan De-icing boot, alat ini
berupa karet yg dapat dikembangkan untuk memecahkan es yang ada di sayap
pesawat dan biasanya menggunakan tekanan udara(pneumatik) untuk kerja. Kedua; Menggunaan bleed air di anti ice sistemyang
juga berfungsi sebagai de-ice
equipment. Ketiga; De-iceng fluid.
Dengan menggunakan cairan tertentu yang disemprotkanke permukaan pesawat yang vital,
de-icing fluid dapat melelehkan es,umumnya
digabungkan dengan anti-icing yang
melapisi diatasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar