AL-QUR'AN, KUNCI SAINS DAN TEKNOLOGI
Bakda tahmid, sholawat dan salam atas Rasulullah SAW. Mengambil momentum Ramadhan 1437H, bulan dimana diturunkan wahyu Al-Qur'an keapa baginda Muhammad Rasulullah, merupakan ayat kauliyah, tertulis, diawali dengan Iqro' "bacalah", dengan menyebut asma Allah SWT. Manusia diajak berpikir lebih luas termasuk membaca ayat-ayat kauniyah yg digelar oleh Allah di alam semesta ini. Sebagai bentuk andil mengisi Wacana keilmuan dan keislaman melalui pengembangan ilmu pengetahuan "sains", dan mengolah, sehingga dapat mmmberikan manfaat untuk kehidupan manusia di berbagai cabang ilmu dalam mempersiapkan kehidupan yang lebih kekal.
A. Baiquni, 1983, menyarankan agar manusia melakukan budaya ilmiah tentang fenomena alam. Dalan sains natural, orang mengumpulkan pengetahuan dengan mengadakan pengamatan, observasi, pengukuran atau pengumpulan data pada alam sekitar kita, baik yang hidup seperti manuasi, binatang, dan tumbuhan, maupun yg tak bernyawa seperti bintang, gunung, lautan, matahari dan benda-benda yg mengitari kita. Data yg dikumpulkan dianalisa , kemudian diambil kesimpulan yg dapat diterima nalar.
Proses ilmiyah tersebut dinamakan intizhar (to look closely at); suatu kata mirip dengan istilah nalar. Proses Sains, berciri dapat kita lakukan berulang, dapat dilakukan di lab dan bisa dilakukan oleh orang lain, dan ia merupakan milik kolektip manusia. Jadi dalam sains tidak ada orang yang bersitegang tanpa bukti bahwa hanya pendapatnya sendiri tentang masalah ilmiah tertentu yang benar sedang masyarakat ilmiah lain dibidang yg bersangkutan yg tidak dapat menerima pendapatnya itu yg salah. Orang yang kerdil semacam itu tidak bersikap ilmuwan karena ia tidak mematuhi aturan permainan dalam pengembangan sains. Paling ia akan dianggap seorang sombong yg tak tahu diri atau seorang ilmuwan gadungan.
Bila gejala-gejala yang diteliti serupa maka biasanya dapat ditarik kesimpulan yang umum mengenai fenomena-fenomena alamiah itu dan kesimpulan yg menyatakan sipat serta kelakuan alam pada kondisi tertentu itu dinamakan orang sebagai hukum alam atau lukisan bagaimana alam bertingkah laku pada kondisi tertentu. Dia bersifat obyektip kuantitatip, dan hukum-hukumnya dapat dirumuskan secara matematis. Kadang dalam observasi disisipkan hipotesis, dugaan hasil , tapi kalau hasilnya salah akan dibuang, namun jika hasilnya seperti harapan maka akan digunakan terus dianggap sebagai suatu kebenaran. Sains yang membentuk model matematis itu secara sistimatis akan menghasilkan karya teknologi untuk mempengaruhi alam sekitar yang merupakan proses produksi sesuatu yang bermanfaat bagi ummat manusia. Misalnya tekmologi pembuatan obat, mesin, bahan makanan dan lain sebagainya merupakan penerapan ilmu fisika, kimia, biologi dan sains lainnya.
Sains itu terbentuk dan berkembang sepanjang zaman. Para cerdik pandai barat takjub dengan Jabir Ibn Hayyan (721-815), sebagai pioneer menggunakan metode ilmiah dibidang "Alkemi", oleh orang barat diplesetkan menjadi ilmu kimia. Jabir namanya dilatinkan menjadi "Geber", ia punya bengkel pertama yang memakai tungku untuk mengolah mineral dan mengklasifikasi zat-zat kimia, ia melakukan Intizhar. Didalam sejarah sains yg ditulis para scholar Eropa disebutkan bahwa Muhammad Ibn Zakaria ar-Rozi (865-925), sudah melakukan distilasi, kristalisasi, kalsinasi dlsb, namun bukunya yg menjadi panduan publik pertama di dunia dilatinkan menjadi Razes. Awalnya, sebelum barat mempelajari hal itu, sains telah dikembangkan ummat Islam di Universitas-Universitas Islam di Toledo dan Kordoba. Sekitar tahun 1231 saat Hendrick Harpestraeng, orang yg lalu jadi dokter istana raja Eric IV Weldemarsson, coba menulis risalah kedokterannya dalam ilmu bedah di Salerno, (naskah itu kini tersimpan di perpustakaan Stockholm), ia meminta bantuan Michael the Scott, mantan mahasiswa nya di Universitas Toledo, uuntuk bisa memakai buku-buku standard ar-Rozi dan Ibn Sina dalam bahasa Arab. Demikian banyak ilmuwan Islam dan karya mereka yg diteruskan oleh para ilmuwan Eropa. Apa sebab dimasa lalu ummat Islam giat sekali mengembangkan sains. Hingga abad 13 sains itu milik ummat Islam. Jawabanya adalah diilhami oleh iqro' surat al-Alaq 1-5.
Selanjutnya dalam alquran terdapat ayat yang mendorong ummat untuk melakukan intizhar dan menggunakan akal pikiran, surat Yunus 101"katakanlah hai Muhammad, perhatikanlah dengan intizhar/nazhar apa-apa yg ada di langit dan di bumi. QS.Al-Ghosiyah ayat 17-20 yang artinya, maka apakah mereka tidak melakukan intizhar dan memperhatikan unta , bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana mereka didirikan, dan bumi bagaimana ia dibentangkan. Maka berikanlah peringatan karena Engkaulah pemberi peringatan. Juga di dalam suratan Nahl 11 dan 12 yang artinya " Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan" dan " Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahaminya"
Sebenarnya dalam ayat ayat itu terungkap bahwa Allah lah yg menundukkan semuanya itu. Segala sesuatu berproses mengikuti sunatullah, QS. Fushilat 11 dan QS. Al-Fath 23.
Dari surat Al Ghosiyah 17-20 mengandung jaminan hukum-hukum alam yang mengendalikan alam semesta itu tidak berubah, mengandung suatu janji bahwa jika kita mengikuti perintah Allah untuk ber"intizhar", kita akan menemukan sebagian dari hukum-hukum yg telah ditetapkanNya. Kita akan menguasai sains dan mampu mengembangkan teknologi bagi kemaslahatan ummat manusia.