PENCARIAN pesawat Airbus A320-200 milik AirAsia yang kehilangan kontak dalam penerbangannya dari Surabaya menuju Singapura, telah membuahkan hasil. Tim Basarnas pada Selasa (30/12) siang telah menemukan beberapa jenazah, serpihan pesawat, dan sebagian muatannya di perairan Pangkalan Bun Kalimantan Tengah.
Terkait dengan kejadian pesawat kehilangan kontak dalam penerbangan, penulis tertarik pada ulasan Bart Jansen (USA Today, 28/12/14). Disebutkan, pilot atau kopilot biasanya menyampaikan informasi penerbangannya ke pabrik pesawat atau kantor mereka.
Data itu membantu pelacakan andai pesawat itu kehilangan kontak seperti AirAsia yang jatuh di perairan Pangkalan Bun, atau pesawat Air France penerbangan 447 yang kemudian ditemukan jatuh di Laut Atlantik tahun 2009.
Dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang juga kehilangan kontak, teknologi pelacakan semacam itu disebut komunikasi pelacakan pesawat dan sistem pelaporan (tracking technology) atau lebih sering disebut aircraft communication addressing and reporting system (ACARS).
Peranti atau teknologi itu buatan Aeronautical Radio Incorporated (Arinc), perusahaan komunikasi transportasi pada tahun 1978. Awalnya kerja alat ini memanfaatkan frekuensi sangat tinggi (VHF) dan frekuensi tinggi (HF) tapi dalam perkembangan terakhir (1990) mulai memakai satelit komunikasi.
Pergerakan Pesawat
Generasi awal ACARS sudah bisa mengirim data yang dibutuhkan maskapai penerbangan, seperti informasi pesawat keluar hanggar, lepas landas, atau pesawat mendarat dan masuk lagi ke hanggar (on the ground and into the gate). Dengan pelaporan secara otomatis itu maskapai penerbangan bisa memantau pergerakan pesawat, termasuk bila ada ketidaktepatan jadwal.
ACARS terdiri atas dua komponen utama, yaitu management unit yang berfungsi sebagai penerima (receiver) dan pemancar pesan (transmitter); serta layar kontrol (monitor). Pesawat yang lebih modern biasanya dilengkapi dengan flight management system (FMS) yang memungkinkan diintegrasikan dengan ACARS sehingga perantinya bisa lebih ringkas/kompak.
Salah satu keunggulan FMS adalah bisa menangkap data cuaca di darat. ACARS pun sebenarnya bisa menerima data rencana rute baru seandainya pilot mengubah arah penerbangan karena diadang awan kumulonimbus, yaitu awan tebal yang sangat berbahaya bagi penerbangan.
Adapun teknik pencarian lain adalah dari rekaman komunikasi radio atau percakapan antara awak pesawat dan petugas stasiun di darat (air traffic control/ATC) yang biasanya memanfaatkan frekuensi radio, baik VHF maupun HF. Komunikasi itu harus dua arah, artinya ada yang berbicara dan ada yang mendengarkan untuk segera menjawabnya. Akhir 1980 komunikasi data mulai diterapkan dalam dunia penerbangan komersial. Dengan menggunakan frekuensi radio (sama dengan yang dipakai dalam komunikasi suara), sejak saat itu komunikasi data mengambil peran penting.
Jadi, mulai saat itu, pesan (mengenai kondisi penerbangan) dapat dikirim tanpa harus menunggu ada orang yang mendengar dan kemudian harus menjawabnya. Secara sederhana kita bisa menggambarkan seperti orang mengirim SMS.
Prinsip kerja teknik pemantauan (tracking) seperti itu harus dilakukan pada saat tepat, semisal ketika pesawat lepas landas ataupun mendarat. Teknik pemantauan tersebut juga bisa men-display-kan melalui layar monitor ketika mesin pesawat beroperasi lebih panas (overheat).
Alasan mengapa maskapai penerbangan melakukan teknik tracking yakni karena bila ada sesuatu yang berhenti beroperasi dalam penerbangan, hal itu sangat membahayakan keselamatan penerbangan. Dengan sistem itu pula, teknisi pesawat bisa segera mengecek, merawat, dan memperbaiki kerusakan, sesaat setelah menerima pesan cepat (otomasi) mengenai kondisi sebuah pesawat, termasuk mesinnya.
Secara umum, pesan sinyal itu dapat dikirim secara murah di atas daratan dengan menggunakan frekuensi sangat tinggi (VHF), seperti digunakan astronot Apollo, kata Hansman. Bisa pula dikirim melalui satelit, kendati butuh peralatan lebih mahal yang berarti biaya pengoperasiannya juga lebih mahal.
Kecanggihan layanan informasi sistem penerbangan juga sangat bergantung pada alokasi dana yang disediakan sebuah maskapai penerbangan. Misalnya, Boeing mempromosikan layanan yang disebut custom alerting untuk tipe 777 , 747 dan 787, yakni dengan koneksi internet berkecepatan tinggi.
Beberapa operator besar penerbangan kadang mengumpulkan sendiri data/ informasi mengingat mereka mampu mengolahnya. David Greenberg, yang sudah 27 tahun bekerja di Delta Air Lines dan sekarang jadi konsultan maskapai penerbangan sebagai presiden Kompas Group, mengatakan Malaysia tidak berlangganan program informasi yang ditawarkan Boeing karena sudah mengumpulkan sendiri data yang dibutuhkan.
Airbus A330 Air France yang mengalami kecelakaan memiliki sistem canggih untuk mengirim pesan. Hal itulah, menurut Hansman, sangat membantu upaya pencariannya ketika pesawat tersebut dilaporkan kehilangan kontak, dan kemudian oleh maskapai penerbangannya dinyatakan hilang (mengalami kecelakaan).
Garuda Indonesia dalam musim haji 2014 dan juga beberapa tahun sebelumnya menyewa beberapa pesawat dari Prancis dengan alasan pesawat tersebut memiliki sistem penyampaian informasi modern. Tentu alasan pemilihan itu lebih mendasarkan demi mendapatkan ‘’ketenangan’’ dan jaminan keselamatan, selain jumlah pesawat Garuda juga terbatas. (10)
— IrSarjito MTPhD, Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Surakarta